Burjo di Kampung Cokrokusuman. Enak, Murah, Bergizi.

Bubur kacang hijau atau burjo (singkatan dari bubur kacang ijo) termasuk makanan yang digemari banyak orang. Dari anak kecil sampai orang dewasa. Selain nilai gizinya yang tinggi, rasanya pun enak. Di kota pelajar seperti Jogja, burjo mudah ditemukan di warung-warung Indomie. Warungnya pun gampang dijumpai karena hampir selalu ada di setiap sudut kota.

Di warung-warung  itu burjo seperti menjadi menu wajib, bersanding dengan sajian mie instan, dan aneka minuman. Selain dijual di warung Indomie, burjo juga dijajakan penjual memakai gerobak dorong. Mereka keliling dari kampung ke kampung atau mangkal di tempat-tempat keramaian.

Di sebuah gang di kampung Cokrokusuman tepatnya di jalan Gondolayu seputaran belakang Hotel Santika ada sebuah warung yang menjual aneka makanan minuman yang biasa dijual di warung Indomie. Nama warungnya adalah Warung Es Yun 79. Spanduk yang mencolok dengan gerobak dan etalase kaca di depan warung bakal mudah terlihat siapapun yang lewat di jalan itu.

Meski ukuran kecil, tempatnya bersih dan nyaman. Ada dua bangku panjang terbuat dari besi, meja saji, televisi yang selalu menyala, dan biang kopi, susu, dan minuman lain tampak direnteng di dinding.

Warung ini tidak buka 24 jam sebagaimana kebanyakan warung-warung Indomie, tapi warung ini cukup ramai pembeli. Buka mulai pukul 7 pagi dan tutup jam 7 malam. Mereka yang biasanya membeli adalah pelanggan. Mereka membeli burjo, empek-empek, es jaipong atau sekadar membeli minuman teh, atau kopi sachet.

Harganya cukup murah. Es teh misalnya, kita bisa membelinya hanya sebesar Rp2.500. Es Jaipong Rp3.500 dan Rp es doger dijual Rp4.000. Sementara burjonya sendiri dijual Rp3.500.

Banyak pembeli yang sengaja membeli untuk dibungkus lalu dibawa pulang. Mereka membeli kadang tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk orang-orang yang mereka sayangi di rumah atau teman yang sengaja nitip dibelikan panganan, es atau minuman. Jadi tidak heran jika banyak pembeli yang datang ke sana kemudian pulang membawa banyak bungkusan. Pembelinya satu, yang dibeli banyak. Hehehe...

Burjo biasanya disajikan dengan tambahan ketan hitam dan santan. Kalau suka juga bisa dimakan bersama seiris roti tawar. Bisa disajikan dingin maupun hangat. Kandungan gizinya sangat baik karena kacang hijau mengandung banyak vitamin terutama vitamin E. Kacang hijau adalah sumber protein nabati yang dibutuhkan oleh tubuh. Satu porsi burjo kira-kira sebanyak 1 mangkok bakso atau jika dituangkan di gelas maka kira-kira hampir memenuhi satu kelas teh ukuran besar. Rasanya legit, teksturnya lembut di mulut. Harum daun pandan meruap begitu burjonya tersaji di atas meja.

Makanan lain yang patut dicoba adalah empek-empek. Makanan asli Palembang ini juga banyak penggemarnya. Makanan yang terbuat dari campuran tepung tapioka, ikan, dan telur ini disajikan dengan kuah cuka yang kaya rasa. Ada pedas, asam, asin, manis dan gurih. Ada pula irisan mentimun dalam kuahnya yang menambah sensasi rasa segar di mulut.

Harganya murah. Dengan uang Rp4.000 kita sudah mendapat 2 buah empek-empek yang langsung digoreng, plus cuka. Kita bisa minta versi pedas atau biasa. Cukup untuk mengganjal perut yang lapar atau temani lewatkan waktu senggang di kampung. Rasa ikannya tipis-tipis saja. Enak dan sesuai lah dengan harga yang murah itu. Ada harga ada rasa, bukan?***

No comments:

Post a Comment