Relief buah durian di Candi Borobudur |
Penyebaran Tanaman
Dari sudut pandang ilmu pengetahuan, menurut Destario Metusala, sebenarnya banyak hal baru yang dapat digali dari penelitian tersebut. Beberapa hal itu antara lain mengetahui spesies-spesies tumbuhan dari luar yang telah diintroduksi ke Nusantara pada masa itu. Lalu mengetahui gambaran upaya-upaya masyarakat Jawa Kuno dalam melakukan domestikasi tumbuhan, mengetahui berbagai jenis pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat Jawa Kuno, dan yang paling utama adalah mengetahui nilai penting keanekaragaman tumbuhan bagi masyarakat Jawa Kuno. Dia menjawab pertanyaan secara tertulis, pada Selasa, 25 Januari lalu.
Destario adalah peneliti bidang botani dari pusat konservasi tumbuhan dan kebun raya LIPI. Dia juga memiliki minat dalam penelitian anggrek dan menemukan beberapa spesies anggrek baru. Dalam penelitian yang dikerjakan 2020 itu, Destario dan tim berhasil mengidentifikasi 63 spesies tumbuhan. Terbanyak adalah dari famili fabaceae (polong-polongan), disusul famili moraceae (ara-araan). Ada 21 figur tanaman yang tidak dapat diidentifikasi karena, misalnya, relief rusak. Tumbuhan yang seperti digambarkan pada kitab Lalitavistara sendiri ada 54 spesies.
Dengan membandingkan antara jumlah spesies di kitab Lalitavistara sebagai panduan dan yang dipahatkan di Candi Borobudur, ternyata jumlah spesies tumbuhan yang dipahatkan jauh lebih banyak.
“Dari situ kita bisa melihat ada 14 spesies yang muncul di kedua sumber, baik itu di relief maupun di Kitab Lalitavistara. Dari 14 spesies tersebut dua spesies itu asli Indonesia dan tiga spesies asli dari India yaitu bodhi, lotus, dan asoka. Dua spesies asli Indonesia itu cendana dan tebu. Sedangkan sembilan spesies lainnya tumbuh di dua tempat ataupun dapat tumbuh alami maupun ternaturalisasi di kedua tempat,” jelasnya dalam sebuah kesempatan lain.
Ada pertanyaan menggelitik, mengapa dua spesies tanaman Indonesia bisa muncul dalam kitab Lalitavistara yang sudah ada sejak abad ketiga dan ada tiga spesies asli India yang muncul di relief Borobudur yang dibangun mulai abad kedelapan. Menurut Destario, kuat dugaan telah terjadi pertukaran spesies tumbuhan antara Nusantara dan India jauh sebelum Borobudur dibangun. Bisa lewat perdagangan lintas kawasan maupun aktivitas keagamaan.
“Dari sejumlah spesies yang kita temukan kita bisa melihat ada kecenderungan bahwa tipikal tumbuhan yang muncul pada relief Lalitavistara di Candi Borobudur merupakan tipikal tumbuhan tropis dataran rendah dan lingkungan floranya merupakan tumbuhan tropis dataran rendah di Indonesia, khususnya di Sumatera dan Jawa. Dengan sedikit kombinasi keragaman tumbuhan dari India dan mancanegara sebagai spesies tumbuhan introduksi. Oleh karena itu kita menduga adanya indikasi pertukaran spesies tumbuhan sejak zaman kuno bahkan mungkin jauh sebelumnya.”
(Bersambung)
No comments:
Post a Comment