Relief Lalitavistara Borobudur Ungkap Penyebaran Vegetasi di Masa Lampau (5)

Pohon mangga dalam pahatan di Candi Borobudur

Munculnya dua spesies tanaman Indonesia dalam Kitab Lalitavistara menurut Destario menunjukkan pengenalan dan aktivitas perniagaan antar pulau di Nusantara telah terjalin jauh pada masa sebelum Masehi. Tumbuhan juga merupakan salah satu komoditas penting dalam perniagaan di masa sebelum atau awal Masehi.

“Kegiatan perniagaan dari Nusantara menuju ke luar dengan komoditas tumbuhan telah terjadi sejak sebelum atau awal Masehi dan pergerakan komoditas tersebut telah menjangkau kawasan yang sangat jauh. Bahkan saking lamanya perniagaan tersebut terjalin, kini di India dan China telah muncul beberapa populasi tumbuhan cendana (Santalum album) yang ternaturalisasi dan berusia tua,” ungkap Destario.

Relief flora di Borobudur juga mengungkapkan hal lain. Menurutnya, melalui kajian relief tumbuhan, dapat melakukan pendugaan nilai penting dari suatu spesies tumbuhan oleh masyarakat Jawa Kuno. Contohnya adalah tumbuhan pulai (Alstonia scholaris), seroja (Nelumbo nucifera), dan bodhi (Ficus religiosa) yang memiliki nilai kesakralan dan religius tinggi bagi masyarakat Jawa Kuno saat itu. 

“Pada relief, tumbuhan pulai dan bodhi seringkali digambarkan mengeluarkan berkas cahaya atau berada pada sebuah panggung yang lebih tinggi. Sedangkan bunga seroja sering digambarkan sebagai salah satu atribut tokoh suci maupun menjadi persembahan bagi raja maupun sosok yang diagungkan.”

Sementara tumbuhan pinang (Areca catechu) dalam kondisi berbuah cukup banyak digambarkan di relief dengan beragam variasi. Dari sini diduga kuat buah pinang termasuk buah favorit pada masa itu sebagai komponen utama tradisi menginang-sirih. Hal ini juga diperkuat adanya relief beberapa helai daun sirih yang menjadi jamuan penting bagi tokoh yang diagungkan. 

Masih menurut Destario, relief buah-buahan yang digambarkan dekat dengan keseharian kaum bangsawan antara lain durian, buah asam, mangga, jambu air, dan nangka. Namun belum bisa disimpulkan apakah buah-buahan itu hanya dikonsumsi bangsawan. 

“Mungkin dapat diketahui nanti setelah dilakukan analisa komparasi antara karakter relief tumbuhan kisah Lalitavistara dengan kisah Karmawibhangga. Karena relief Karmawibhangga banyak mengambil latar kehidupan masyarakat biasa, sedangkan Lalitavistara lebih banyak menampilkan latar kehidupan kaum kerajaan atau bangsawan.”

Destario takjub dengan keberadaan bungga anggrek dalam relief Candi Borobudur. Figur anggrek itu digambarkan tumbuh secara litofit di dalam hutan rimba. Nampaknya masyarakat Jawa Kuno telah mengenalnya namun belum melakukan upaya domestikasi maupun budidaya. 

Dia menerangkan, pada wujud nyata, anggrek bulan putih memiliki rangkaian perbungaannya yang bersusun menjuntai dengan ukuran tiap kuntum bunganya yang besar serta masa mekar yang lama. Pada saat berbunga, sosoknya akan tampak sangat kontras dan mencolok di dalam hutan. Menjadi   lumrah apabila masyarakat Jawa Kuno telah mengenalnya saat berada di dalam hutan rimba.  

“Figur tumbuhan anggrek ditemukan di relief Candi Borobudur sangat menakjubkan bagi saya. Sejauh ini baru ditemukan satu buah gambaran figur tumbuhan anggrek dari jenis anggrek bulan (Phalaenopsis sp). Dari sosok morfologi figur anggrek tersebut, spesies yang diduga paling memungkinkan adalah anggrek bulan putih (Phalaenopsis amabilis),” jawabnya. 

Bagi Destario, terpahatnya aneka ragam spesies dengan detil pada candi sekaligus menunjukkan pemahaman yang tinggi dari para pemahat akan morfologi dan ekologi tumbuhan. Selain itu juga menggambarkan bagaimana masyarakat Jawa Kuno menganggap penting diversivitas tumbuhan , sampai-sampai diekspesikan pada media yang bernilai suci di Candi Borobudur.*** 

(Habis)

Versi tulisan yang lebih pendek bisa dibaca di https://www.mongabay.co.id/2022/02/12/candi-borobudur-dan-relief-tumbuhan-asli-indonesia/

No comments:

Post a Comment