FKY di Tepi Kali Code dekat Jembatan Sarjito

Pada Senin, 29 Agustus malam itu ada yang tidak biasa di ruang terbuka hijau, bawah jembatan Sardjito, 300 meter dari kampung Cokrokusuman, tepatnya di Jetisharjo. Di beberapa sudut ada kedai yang menjual makanan, minuman, buku, juga cindera mata. Pramusaji kafe lalu lalang membawa minuman pesanan.
 

Pemain biola cilik unjuk kebolehan.
Di area tengah ada panggung yang menampilkan kebolehan beberapa penampil. Ada yang menyanyi, dan main biola. Penonton bergerombol di beberapa sudut. Lampu warna-warni menyoroti ruang yang dijadikan pasar kaget itu.

Selesai dengan penampilan beberapa artis cilik, muncul seorang orator dari sudut yang lain. Kehadirannya langsung menyedot perhatian orang-orang yang berada di pasar kaget. “Hidup FKY, hidup Jogja!” teriaknya.
"Hidup FKY!"

 

Acara malam itu memang bagian dari Festival Kesenian Yogyakarta (FKY). Sang orator adalah satu dari enam orang yang bermain kolase teater berjudul Pasar Kaget, yang mengambil tempat di pasar kaget atau pasar dadakan di ruang terbuka hijau malam itu.
 

Penonton dan pemain menyatu dalam satu panggung. 
Berikutnya ada perempuan cantik yang membawa bendera warna-warni, agaknya bendera itu mewakili ragam partai politik yang warna-warni . Berkali-kali ia mengatakan kepada kerumunan di pasar kaget bahwa sebentar lagi Jogja menyelenggarakan pemilihan walikota. “Siapa yang kalian pilih? Mengapa?” tanyanya kepada orang-orang di pasar kaget.
 

Sejurus kemudian, di tempat berbeda, seorang perempuan berpakaian ala kadarnya dengan gerobak mengangkut pengeras suara berjoget mengikuti irama dangdut. Ia sesekali mengajak pengunjung untuk berjoget bersama. Pasar kaget menjadi semakin riuh rendah, hiruk pikuk.
Suasana Pasar Kaget.

 

Malam itu 6 naskah monolog Wani Dharmawan dipentaskan bersamaan di pasar kaget. Masing-masing berjudul Sengsu, Toa, Master Chef, Tukang Kayu, Alien, dan Teater Game. Dari situs FKY disebutkan, pemain yang tampil adalah Henricus Benny, Mathori Briliyan, Afra Imani, Nanda Arif Arya, Pasa Deparaga, dan Syarifah Achda.
Menjual kerajinan.

 

Namun di luar itu, sebenarnya penonton sekaligus juga menjadi pemain dalam kolase teater itu. Sebab ada interaksi cukup intens antara 6 pemain teater dengan penonton . Pemain dan penonton saling mengisi dengan dialog dantingkah polah berdasar teks dan spontanitas.***

No comments:

Post a Comment