Pemain biola cilik unjuk kebolehan. |
Selesai dengan penampilan beberapa artis cilik, muncul seorang orator dari sudut yang lain. Kehadirannya langsung menyedot perhatian orang-orang yang berada di pasar kaget. “Hidup FKY, hidup Jogja!” teriaknya.
"Hidup FKY!" |
Acara malam itu memang bagian dari Festival Kesenian Yogyakarta (FKY). Sang orator adalah satu dari enam orang yang bermain kolase teater berjudul Pasar Kaget, yang mengambil tempat di pasar kaget atau pasar dadakan di ruang terbuka hijau malam itu.
Penonton dan pemain menyatu dalam satu panggung. |
Sejurus kemudian, di tempat berbeda, seorang perempuan berpakaian ala kadarnya dengan gerobak mengangkut pengeras suara berjoget mengikuti irama dangdut. Ia sesekali mengajak pengunjung untuk berjoget bersama. Pasar kaget menjadi semakin riuh rendah, hiruk pikuk.
Suasana Pasar Kaget. |
Malam itu 6 naskah monolog Wani Dharmawan dipentaskan bersamaan di pasar kaget. Masing-masing berjudul Sengsu, Toa, Master Chef, Tukang Kayu, Alien, dan Teater Game. Dari situs FKY disebutkan, pemain yang tampil adalah Henricus Benny, Mathori Briliyan, Afra Imani, Nanda Arif Arya, Pasa Deparaga, dan Syarifah Achda.
Menjual kerajinan. |
Namun di luar itu, sebenarnya penonton sekaligus juga menjadi pemain dalam kolase teater itu. Sebab ada interaksi cukup intens antara 6 pemain teater dengan penonton . Pemain dan penonton saling mengisi dengan dialog dantingkah polah berdasar teks dan spontanitas.***
No comments:
Post a Comment