(Ket. foto: Acara open house di SD Tumbuh 1) |
Kejadian itu tentu saja mengundang senyum. Juga kekaguman. Begitulah, memang siswa laki-laki yang sekolah di SD Tumbuh tidak diharuskan berambut pendek. Membiarkan siswa laki-laki berambut panjang merupakan salah satu cara menghargai anak. Masing-masing siswa dianggap punya kepribadian unik, termasuk pilihan dalam berpenampilan. Yang penting tetap menjaga kesopanan.
Siswa SD yang santuy berambut gondrong memang mudah dijumpai di SD Tumbuh. Ada juga lho yang mengecat rambut mereka. Misalnya mereka yang bersekolah di Jl. Amri Yahya No.1, Yogyakarta. Jika ingin mengintip aktivitas mereka bisa kok mengunjungi instagramnya.
Entrepreneurship hingga prolingkungan
SD Tumbuh 2 itu menjadi salah satu sekolah di bawah naungan Sekolah Tumbuh milik Yayasan Edukasi Anak Nusantara (YEAN). Dari penelusuran, Pangeran Harya Wironegoro yang juga adalah menantu Sri Sultan Hemngkubuwono X, bersama Elga Andriana, seorang psikolog dan pendidik membangun sebuah sekolah yang “membebaskan”.
Sejak 2005 mereka mengembangkan sekolah berciri inklusif, menghargai keberagaman, mengembangkan pendidikan yang menyenangkan, dan melahirkan pembelajar yang berkarakter.
Saat ini Sekolah Tumbuh memiliki TK untuk anak usia 4 hingga 5 tahun (preparatory), SD kelas 1 sampai 6 (primary school), SMP dan SMA kelas 7 sampai 12 (high school).
Timeline educator SD Tumbuh 1. |
SMP Tumbuh sendiri berdiri 2012, menempati gedung Jogja Nasional Museum , berlokasi sama dengan SD Tumbuh 2. Sementara SMA Tumbuh, berdiri 2014, ada di jalan KH Ali Maksum, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Juga untuk TK Tumbuh beralamat sama di jalan KH Ali Maksum, Panggungharjo, Sewon, Bantul.
Ternyata masing-masing sekolah memiliki ciri khas. Misalnya, SD Tumbuh 1 membekali siswanya punya skill dalam entrepreneurship. Anak diajarkan untuk tidak hanya bisa membeli, namun juga menghargai uang dan bagaimana mendapatkannya.
SD Tumbuh 2 lebih kepada seni budaya, sangat pas dengan lokasi yang digunakan yaitu Jogja Nasional Museum. Atmosfer lingkungannya pun penuh dengan aktivitas berkesenian dan berkebudayaan. Pada akhir tahun ada pameran dan gelar karya seni siswa.
SD Tumbuh 3 menyiapkan siswanya menjadi warga dunia itu sebabnya kemampuan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional menjadi perhatian di sini. Sementara SD Tumbuh 4 kepada pertanian dan pelestarian alam. Semangat go green dan prolingkungan diajarkan di sini.
Kampusnya memadukan konsep bangunan tradisional dan moderen. Memiliki lahan cukup luas, tempat para siswa mengembangkan ketrampilan pertanian, perikanan, dan menghargai kelestarian lingkungan. Ada bangunan limasan dengan bata exposed bernuansa tradisional, juga beberapa container atau peti kemas di sana yang mewakili nuansa moderen.
SMP dan SMA Tumbuh yang berlokasi tak jauh dari kampus ISI ini menitikberatkan akan kemandirian dan kemampuan siswa menghadapi kehidupan nyata. Oh ya, beberapa siswanya berasal dari luar negeri. Mereka adalah anak dari ekspatriat yang bekerja dan tinggal di Yogyakarta.
Berapa biaya pendidikan yang harus dikeluarkan orangtua untuk model pembelajaran dengan segala keistimewaan di Sekolah Tumbuh itu? Setiap bulan orangtua harus mengeluarkan uang tidak kurang dari satu juta rupiah. Sementara uang masuk berada di angka puluhan juta rupiah. Meski mahal tetap banyak orangtua yang menginginkan anaknya sekolah di sini.
Walau sudah ada banyak tawaran untuk mengembangkan konsep pendidikan Sekolah Tumbuh di kota lain, namun hingga kini belum membuka cabang.
Prasasti murid angkatan pertama SD Tumbuh 1. |
Jadi bersekolah gondrong itu tak apa, yang penting happy.***
No comments:
Post a Comment