Pinguin di Antartika Photo by Martin Wettstein on Unsplash |
Daratan yang menghijau adalah kabar baik. Namun tidak jika itu terjadi di kawasan bersalju Antartika. Citra satelit memperlihatkan bentang alam es Antartika menghijau lebih cepat. Jika pada 1986 luasnya masih satu kilometer persegi, pada 2021 luasnya menjadi hampir 12 kilometer persegi. Antartika yang menghijau berarti luas daratan yang ditutupi es semakin berkurang.
Para peneliti telah menganalisa data gambar yang
dihasilkan satelit Landsat selama 35 tahun. Area yang ditutupi tanaman hijau
rupanya meningkat hampir 14
kali lipat dari sebelumnya. Dari tabel yang disajikan, area es
yang mencair dan diganti hamparan hijau juga meningkat tajam dari 2010 ke 2020.
Penelitian telah dilaporkan pada jurnal Nature
Geoscience, Oktober, 2024.
“Temuan kami menegaskan bahwa pengaruh perubahan iklim
antropogenik tidak memiliki batas jangkauannya. Bahkan di semenanjung
Antartika, wilayah liar yang paling ekstrem, terpencil, dan terisolasi ini,
bentang alamnya berubah dan dampaknya terlihat dari luar angkasa,” kata Thomas Roland,
pakar lingkungan dari Universitas Exeter, Inggris, seperti dikutip dari Independent.
Mengutip Nature,
para peneliti telah menunjuk perubahan iklim sebagai pendorong perubahan
bentang alam Antartika. Suhu global yang lebih hangat menjadi penyebab
perubahan lingkungan di sana. Dari yang sebelumnya berwarna putih, Antartika kini
sebagian juga berwarna hijau.
Selain makin luasnya hamparan hijau, peneliti juga
merisaukan satu hal. Saat ini sebagian besar vegetasi adalah lumut. Namun ketika
lumut menyebar, tumbuhan ini bakal membentuk lapisan tanah yang lalu menjadi habitat
bagi tanaman lain dari luar Antartika yang bersifat infasif.
“Ada potensi besar di sini untuk melihat peningkatan
lebih lanjut dari sejumlah spesies asing, yang berpotensi invasif,” kata Roland.
Masih dari Independent, Antartika yang menjadi hijau
jangan hanya dinilai dari sisi perubahan visual, tetapi juga memiliki implikasi
ekologis yang mendalam. Seiring dengan terus berkembangnya kehidupan tanaman,
hal itu akan mengubah dinamika ekosistem wilayah tersebut. Perubahan ini berpotensi
mempengaruhi komposisi tanah, siklus karbon, juga jaring makanan lokal.
Dalam artikel lainnya digambarkan bagaimana biji tumbuhan yang ditinggalkan wisatawan beberapa tahun lalu akhirnya tumbuh di Antartika. Biji itu tersangkut di antara kerikil dan pasir. Suhu yang sangat dingin tidak memungkinkannya untuk tumbuh. Namun suhu yang lebih hangat telah mencairkan gletser dan airnya menggenangi biji.
Daratan baru Antartika dihuni oleh organisme pionir,
yaitu alga dan sianobakteri, tulis Claudia Colesie salah satu dari tim peneliti
dari Universitas Edinburgh, Inggris. Karena ukurannya cukup kecil organisme
pionir ini bisa masuk ke sela-sela butiran pasir. Alga yang hidup lalu mati itu
lama kelamaan menciptakan habitat bagi organisme lain untuk tumbuh.
Berikutnya muncul lumut dan lumut kerak yang tebalnya
bisa mencapai beberapa sentimeter. Setelah lumut berkembang, organisme yang
lebih besar kemudian muncul. Mereka tersangkut di bantalan lumut yang lembab
dan bisa tumbuh di sana.
Photo by Cassie Matias on Unsplash |
Mengutip laporan
penelitian mereka, habitat bebas es di Antartika terdiri dari
0,2 hingga 0,5 persen dari total luas benua. Vegetasi didominasi oleh kriptogami atau tumbuhan
tingkat rendah. Termasuk di dalamnya byrophyta (lumut), lumut kerak, alga, dan
sianobakteri.
Sebagian besar vegetasi (84,8 persen) terdapat di
Antartika maritim atau kawasan pantai dan kepulauan, yang lebih mungkin
memberikan dukungan kehidupan daripada kawasan daratan.
Hanya ada dua spesies tanaman yang dianggap asli
Antartika, yang menyebar dengan bantuan angin. Namun kini diketahui ada lebih
dari 100
spesies tanaman yang menginvasi Antartika. Salah satunya
adalah Poa annua, rumput yang tumbuh dan bisa beradaptasi di kawasan
dingin. Para peneliti pun bertanya, bagaimana Antartika dalam 100 tahun
mendatang? Apakah Antartika menjadi hijau seperti bentang alam tundra di Kutub
Utara?
Akhirnya menurut Colesie, lingkungan Antartika yang
masih asli layak dilindungi. Bukan hanya demi kebaikan benua Antartika sendiri,
namun juga umat manusia pada umumnya. Benua Antartika yang diliputi es dalam
jumlah sangat besar berpengaruh pada pola iklim dan cuaca dunia. Hilangnya es
di kawasan itu akan mengubah iklim dan cuaca dunia.***
Rujukan:
https://www.nature.com/articles/d41586-024-03219-2
https://www.nature.com/articles/s41561-024-01492-4
https://www.independent.co.uk/climate-change/news/antarctica-climate-plant-growth-ice-melting-b2623808.html
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1017/S1464793104006542
https://www.livescience.com/planet-earth/antarctica/1st-map-of-antarctica-s-green-space-unveiled-here-s-what-it-shows
No comments:
Post a Comment