Maryanto sedang menyelesaikan karya relief. |
Sore selepas pukul tiga. Saat berjalan-jalan di seputaran
stasiun Purwosari, Surakarta, mata saya tertumbuk pada karya relief dan mural
wajah-wajah tersenyum di tembok kampung. Di jalan ada tulisan Joho Kampoeng
Hepi. Seorang pria bertopi rimba asyik menyelesaikan relief wayang orang di
sana. Dia seolah-olah tidak mempedulikan kehadiran saya.
“Sae meniko, Pak (bagus ini, Pak),” puji saya. Tapi pujian itu seperti terbang
ke udara. Pria itu hanya tersenyum, lalu meneruskan kerja seninya.
Saya memilih membiarkan dia tetap bekerja, sembari
melihat-lihat beberapa mural di sekitarnya. Sejurus kemudian saya kembali
kepadanya. Kali ini dia bertanya, ”Saking pundi (dari mana)?”
Akhirnya saya tahu, namanya Maryanto. Warga kampung Joho,
RT 07 RW 10, kelurahan Manahan, kecamatan Banjarsari, Solo. Rupanya dia tokoh
kampung Joho sekaligus inisiator gerakan membuat indah kampung di tempat
tinggalnya.
Dulu dia seorang diri membuat relief dan mural di kampung
Joho. Tapi belakangan warga banyak yang tertarik untuk ikut memperindah kampung
setelah merasakan sendiri perubahan yang terjadi di lingkungan tempat
tinggalnya.
Salah satu karya di kampung Joho. |
“Sejak Februari 2009,” katanya menerangkan. Kala itu dia membuat
mural Joko Widodo yang masih menjadi Wali Kota Surakarta. Tempatnya di tembok
bangunan rumah warga.
Kampung berpenduduk sekitar 70 KK itu kini memiliki puluhan
karya mural dan relief yang bertebaran di kampung. Ada komik, pesan kerukunan
beragama, tokoh-tokoh bangsa, hingga wayang.
Kampung menjadi semarak, indah,
hidup, dan terasa beda dibanding kampung-kampung lainnya.
Tulisan Urban Tourism di Kampung Joho ada di sini.
Tulisan Urban Tourism di Kampung Joho ada di sini.
Urban Tourism
Gara-gara mural itu perlahan kampung Joho mulai dikenal
banyak orang. Beberapa kali muncul sebagai pemberitaan di media massa. Baik
cetak, online, maupun televisi. Tetamu pun akhirnya berdatangan.
Hingga Dinas Pariwisata Kota Surakarta memasukkan kampung
Joho sebagai salah satu destinasi wisata kampung tematik, dalam program urban
tourism. Sebutannya kampung Mural Joho.
Beberapa kampung di Surakarta disiapkan untuk wisata
kampung ini. Antara lain kampung Laweyan dan Kauman sebagai kampung batik,
kampung Mojosongo sebagai kampung sayur, kampung Jayengan sebagai kampung
Permata, kampung Serengan sebagai kampung Blangkon, dan kampung Bumi sebagai
kampung Ekowisata.
Joho, Kampoeng Hepi. |
“Pernah warga kami sebanyak 18 orang diundang ke Semarang
mewakili Surakarta,” ujarnya.
Mereka juga mendapat berbagai pelatihan untuk menunjang
kampung Joho sebagai tujuan wisata alternatif. Pelatihan itu antara lain
meliputi hospitality dan culinary.
Selain menikmati karya mural dan relief, wisatawan bisa
mencicipi berbagai kuliner di sana. Misalnya bakmi Jawa, jamu, wedang
tradisional, dan kudapan agul-agul.***
No comments:
Post a Comment