Urban Tourism di Kampung Joho (2)

Maryanto dan mural di kampung Joho.
Jika mengunjungi obyek wisata pantai, kebun binatang, atau bangunan kuno dianggap terlalu mainstream, coba langkahkan kaki ke kampung di kota. Surakarta punya beberapa kampung yang disiapkan untuk menarik wisatawan. Kampung itu antara lain Laweyan, Kauman, Bumi, Mojosongo, Serengan, Jayengan, dan Joho.

Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda dibanding kampung-kampung lainnya. Mulai dari banyaknya pengrajin batik, blangkon, batu permata, hingga tanaman sayuran.

Joho, yang terletak dekat stasiun Purwosari Surakarta menawarkan ciri khas mural. Ada puluhan karya mural dan relief di kampung ini. Tak hanya itu, wisatawan juga bisa menikmati berbagai makanan dan minuman, permainan tradisional, dan tentu saja keramahan penduduknya.
Kampung Hepi.

Maryanto, inisiator kampung mural Joho mengantar saya sejenak melihat-lihat beberapa mural yang ada di kampung Joho, tepatnya di RT 07 RW 10, kelurahan Manahan, kecamatan Banjarsari, Surakarta ini, di minggu pertama bulan September 2018 lalu.

“Nanti sekalian mampir ke rumah saya,” katanya ramah.

Tulisan tentang Kampung Joho, Kampung Mural Solo klik di sini

Bertambah Guyub   


Maryanto mengaku tidak punya riwayat pendidikan khusus seni. Namun memang dia menyukai karya seni, terutama relief dan lukisan. Diapun piawai menempel adonan semen membentuk berbagai karakter manusia dan wayang. Juga menggores kuas dengan warna-warna indah ke tembok-tembok kampung. 

Logo Kampung Hepi.
“Pendidikan saya teknik sipil,” ujarnya.

Meski dulu sempat tidak diperbolehkan menggambari tembok rumah warga, kini aksinya itu justru diikuti bahkan didukung seluruh warga kampung.
 
Selain kampung Joho bertambah indah, warganya pun kini tambah guyub. Ikatan antarwarga menguat. Mereka bersama-sama mewujudkan kampung Joho ramah bagi siapa saja.     

Usaha kuliner pun tumbuh seiring dengan datangnya tamu-tamu yang penasaran ingin menikmati suasana kampung Joho. Ada jamu, bakmi, minuman, dan kudapan tradisional yang bisa dipesan.

Lingkungan juga menjadi bersih, indah, dan rapi. Warga bergotong royong menjaga kampungnya agar tetap nyaman ditinggali.

Setiap Sabtu dan Minggu ada kegiatan Car Free Day di kampung. Jalan masuk kampung sengaja ditutup mulai pukul 15.00 hingga 17.30. Pada jam ini sejumlah mainan tradisional digelar. Tujuannya memberi kesempatan anak-anak kampung berinteraksi memakai sarana mainan tradisional.
Di lingkungan urban perkotaan, anak-anak sudah jarang memainkan permainan tradisional yang diganti gadget. Kampung Joho ingin melestarikan permainan tradisional itu, dan menjadikan anak-anaknya sehat melalui permainan yang menuntut kelenturan fisik, kreativitas, dan daya imajinasi.

Branding 


Banner berbagai kegiatan di kampung Joho.
Agar mudah nyanthol di kepala orang, kampung Joho dibranding sebagai kampung Hepi. Sebuah kampung yang menyuguhkan keceriaan di berbagai sudutnya.

Hepi merupakan singkatan dari Handarbeni Rinekso Kampung, Eguh Pertikel Wargo Hanyengkuyung, Peni Titi Karyo Baroyo Joho Kinusung, Imbang Pepadane Among lan Tinulung.

Seorang dosen Seni Rupa dan Desain yang juga warga Joho, Ipung Kurniawan, membantu mewujudkan konsep Joho sebagai kampung yang menyenangkan. Sejumlah akun di media sosial seperti facebook, instagram, dan youtube disiapkan untuk menjelaskan profil kampung Joho, sekaligus mempublikasikan berbagai kegiatan di kampung Joho.

Sebuah logo juga dibuat, berupa tulisan Hepi yang membentuk wajah manusia sedang tersenyum.

Dokumentasi beragam kegiatan di Joho.
Bagi yang tertarik merasakan suasana dan keramahan ala kampung Joho, tersedia berbagai paket untuk satu hingga dua hari.

Paket Hepi 1 atau yang paling murah, menawarkan coaching dolanan tradisional, dan tur kampung selama 1 hari. Pengunjung juga akan disuguhi minuman wedang sagurun berbahan tanaman herbal tanpa pengawet, alami, dan berkhasiat. Harga paket Hepi 1 Rp 25 ribu per orang untuk wisatawan domestik. Sementara untuk tamu asing dibandrol Rp 50 ribu.

Paket Hepi 4 adalah paket yang paling mahal dan lengkap. Menawarkan workshop dolanan tradisional, workshop jamu, workshop tari, menanam sayuran organik, lukis pot, dan pertunjukan tari. Waktu yang dibutuhkan selama 2 hari. Selain wedang sagurun, pengunjung juga disuguhi makan siang, snack, dan disediakan piranti melukis. Harga paket ini Rp 300 ribu untuk domestik dan Rp 500 ribu untuk tamu asing.***



No comments:

Post a Comment