Rancangan Becak Listrik Mulai Merambahi Jalanan Jogja (1)

Wiwin, merancang becak listrik.

Becak nyaris identik dengan kota Yogyakarta. Kota ini menjadi salah satu dari sedikit kota yang masih mempertahankan moda transportasi tenaga manusia. Hampir di setiap sudut kota, di depan gang kampung, hotel, pasar tradisional, becak terparkir menunggu penumpang. Beberapa becak terlihat diberi tambahan mesin sehingga bisa mengurangi tenaga si tukang becak.

Namun umumnya becak-becak bermesin memakai mesin sepeda motor berbahan bakar minyak sehingga menimbulkan polusi. Padahal salah satu keistimewaan kendaraan ini adalah bebas polusi karena memakai tenaga kayuh manusia.

Beberapa orang dan lembaga pun merancang becak bermesin namun ramah lingkungan yang memakai tenaga listrik. Energi listrik diperoleh dari colokan sumber listrik. Ada pula yang diperoleh dari sinar matahari. 

Salah satu yang tekun merancang becak listrik adalah Wiwin.      

“Becak rancangan saya dengan gerak roda depan,” kata Wiwin. Tidak jauh darinya becak listrik itu berada. Bersisihan dengan gerobak listrik, sepeda listrik, dan sepeda motor listrik di sudut teras rumahnya, di perumahan Jatimulyo Baru, Kricak, Yogyakarta. “Ini satu-satunya, karena semua becak menggunakan gerak roda belakang.”

Becak yang kita kenal umumnya menempatkan pedal di tengah yang lalu dihubungkan dengan rantai menuju as roda belakang. Dari roda belakang ini becak seolah-olah mendapat tenaga dorong ke depan. Itu yang disebut gerak roda belakang.

Namun becak rancangan Wiwin beda. Sepintas seperti tidak ada yang istimewa. Rahasianya tersembunyi di bawah jok. Begitu jok dibuka terlihat ada sebuah dinamo gardan, menyatu dengan as roda depan. Kebalikan dengan becak pada umumnya, dinamo ini menjadi sumber tenaga yang menarik becak melaju ke muka.

“Selama ini mobil yang gerak roda depan,” ujarnya, Rabu, 26 Desember 2018 lalu.

Merakit Kendaraan Listrik

Wiwin mengisahkan, sudah sejak 2011 dia fokus mengembangkan kendaraan listrik. Dari mulai membuat otopad, sepeda listrik, troly listrik, hingga mobil kecil serupa mobil golf. Dia memakai bendera Mobilijo, Mobil Listrik Jogja. Ijo sekaligus juga berarti hijau yang identik dengan gerakan prolingkungan.

“Kebetulan saya itu hobi dengan teknologi terbarukan. Tertarik dengan kendaraan ramah lingkungan, tanpa BBM. Walaupun awalnya cuma otopad, seperti yang biasa dipakai oleh anak-anak, tapi saya coba bikin untuk dewasa juga.”

Becak dengan gerak roda depan miliknya itu adalah seri terbaru dari rancangannya. Sejauh ini sudah ada enam seri becak listrik yang dia buat, dengan mesin dan teknologi yang berbeda-beda.

“Saya berpikir, melamun, mencoba terus. Karena becak ini kan kendaraan yang tidak boleh kencang. Maksimal hanya 25 km per jam. Tetapi bagaimana agar dayanya kuat,” kenang pria lulusan STM jurusan mesin ini. “Saya ingin menyempurnakan yang sudah-sudah itu.”

Dia merasa iba melihat para penarik becak yang sudah tua. Untuk mengurangi beban mereka, sekaligus tetap tidak mengubah karakter becak sebagai kendaraan ramah lingkungan, becak listrik gerak roda depan lalu tercipta.

“Karena penarik becak itu kan sudah banyak yang tua, di atas 50 tahun. Kemudian saya inovasi dengan becak gerak roda depan, menggunakan dinamo gardan. Makan setrumnya yang sedikit, tapi daya angkut besar, dan tetap ramah lingkungan. Alhamdulillah sudah 90 persen. Sudah kita coba. Pas menanjak kuat.” (Bersambung)

No comments:

Post a Comment