Sejarah Tebing Breksi, Dulu Tambang Batu Kini Ngehit di Instagram

Secara resmi wisata Taman Tebing Breksi dibuka sejak 30 mei 2015. Kala itu Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono X meresmikan Tlatar Seneng, panggung terbuka di Tebing Breksi, yang menandai dibukanya kawasan sebagai destinasi wisata baru.

Lokasi Tebing Breksi ada di dusun Groyokan, desa Sambirejo, kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, propinsi Daerah IstimewaYogyakarta. Namun sekitar akhir 2014 lalu tempat ini telah lumayan ramai dikunjungi wisatawan.

Siapa mengira, tempat yang sebelumnya hanya berupa penambangan batu alam itu jadi tujuan wisata favorit baru. Dengan kontur berbukit dan berbatu, Kawasan Sambirejo memang menawarkan eksotika alam yang luar biasa.

Banyak pengunjung yang terpesona dan mengarahkan tujuannya ke Tebing Breksi untuk berburu sunrise dan sunset. Kebanyakan mereka adalah anak-anak muda. Mereka lalu memajang hasil jepretannya ke media sosial seperti facebook atau instagram.
Amphitheater di Tebing Breksi.
Dari puncak Tebing Breksi, kita bisa melihat di kejauhan gunung Merapi, Merbabu, landscape kota Yogyakarta, candi Prambanan, candi Barong, dan Candi Sojiwan.

Tidak diketahui sejak kapan bukit Breksi mulai ditambang dan diambil batunya. Namun lama kelamaan kawasan tambang batu itu mulai ditelantarkan. Tinggalah bukit yang dikepras dengan bentuk yang unik setinggi sekitar 30 meter.

Dari penelitian diketahui Tebing Breksi merupakan salah satu bukti bagaimana Pulau Jawa terbentuk. Ya, puluhan juta tahun lalu Tebing Breksi mulai mewujud dari endapan abu vulkanik gunung api purba.

Ada temuan lapisan batu apung di Breksi yang menjadi bukti merupakan hasil letusan gunung api. Lapisan batu apung ini juga ditemukan perbukitan Parangtritis hingga Wonogiri. Tebalnya berkisar antara 300 meter hingga 600 meter. Singkapan lapisan batu apung ini sangat jelas di Desa Semilir, kecamatan Pathuk, Gunung Kidul. Itu sebabnya formasi batuan ini lalu disebut formasi Semilir.
Jeep wisata Tebing Breksi.

Mengingat pentingnya kelestarian bukti aktivitas geologi pembentukan pulau Jawa itu, akhirnya pemerintah lewat Kepala Badan Geologi RI memutuskan kawasan Breksi sebagai warisan geologis atau geo heritage pada 2014 lalu. Dengan begitu wilayah tersebut tidak boleh ditambang lagi.

Kreativitas Warga


Sejak kawasan itu tak boleh lagi ditambang, warga bahu membahu menatanya agar semakin menarik. Mereka menyadari, wisata bisa juga memberi penghidupan. Dibuatlah tangga sampai ke atas oleh seniman dan pemahat lokal. Dulunya sebagian dari mereka adalah petambang. Tangga yang instagramable ini semakin mempercantik Tebing Breksi.
Favorit untuk foto-foto.

Lalu dibuat pula relief perkelahian antara Arjuna dan Buta Cakil. Juga ada pahatan naga dan kura-kura, dua satwa yang muncul dalam bentuk patung di candi Ijo, sekitar 800 meter sebelah timur Tebing Breksi.

Selain itu dibuat amphitheater yang sudah beberapa kali dipakai untuk pertunjukan musik artis ternama. Arena terbuka di Tebing Breksi kerap pula dipakai acara gathering berbagai instansi, perusahaan, kampus, maupun komunitas.

Pada waktu liburan, karena tempat parkir sudah penuh pengelola harus mengatur arus pengunjung. Ada petugas membawa alat komunikasi handytalky yang berjaga jauh di jalan mengarah ke Tebing Breksi yang akan memberitahukan apakah cukup tersedia parkir di sana. Jika penuh, pengunjung dipersilakan menunggu atau melanjutkan ke destinasi wisata lain lebih dulu yang berada di sekitar Tebing Breksi. Misalnya candi Ijo, candi Banyunibo, candi Boko, atau candi Prambanan.
Banyak spot foto instagramable.

Harga tiket masuk ke kawasan wisata Tebing Breksi cukup Rp 5000 per orang. Sementara tiket parkir, mini bus Rp 15.000, bus Rp 25.000, sepeda motor Rp 2.000. Wisatawan sudah bisa masuk ke kawasan Tebing Breksi sejak pukul 5 pagi. Ini karena memang banyak dari mereka yang berburu pesona sunrise di sana. Sementara jam tutup adalah jam 9 malam. Namun ada beberapa spot yang buka hingga tengah malam atau sampai acara selesai saat ada acara khusus.***

No comments:

Post a Comment