Ke Tamansari, Sempatkan Mampir ke Kampung Cyber Jogja

Wisatawan di kampung cyber.
Tamansari menjadi tempat eksotis lagi romantis yang layak dikunjungi saat berlibur di Jogja. Apalagi bagi mereka yang tidak punya banyak waktu untuk mengeksplorasi Jogja. Selain berada di dalam kota, Tamansari juga dekat dengan tempat tujuan wisata lain seperti Malioboro, Kraton, dan alun-alun kidul. Sehingga tidak butuh waktu lama mencapainya dari tempat-tempat itu. 

Lokasi Tamansari pun memberikan nuansa berbeda yang tak kalah menarik dari lokasi wisata lainnya. Ada taman air, dan bangunan kuno dengan arsitektur unik. Tembok kusam, bata-bata ekspos, ruangan dengan dinding tebal, pintu dan jendela tua. Jadi rasanya sayang jika tidak ke sana.


Kampung Cyber


Setelah sampai Tamansari dan puas menikmati keelokannya, sembari pulang ke penginapan atau tempat lainnya, langkahkan kaki menyusuri kampung di sekitar Tamansari. Terletak di sebelah barat Tamansari, kalian akan menemui banyak mural di dinding atau pagar rumah warga. 

Jangan kaget jika menemukan jalan bernama pendiri dan pemilik Facebook, Mark Zuckerberg. Ada alasan khusus mengapa jalan itu dinamai salah satu orang terkaya di dunia ini. Dia pernah sampai di sini dan blusukan di kampung ini lho. 

Tidak berbeda dengan ciri kampung di kota, kampung di sekitar Tamansari juga bercirikan rumah-rumah warga yang berdempetan, tanpa halaman, dan jalan sempit. Namun bedanya di sini suasananya ayem tentrem, bersih, artistik.   
Mural di tembok pagar rumah. 

Kampung yang sempat disinggahi bos Facebook itu menamakan diri sebagai kampung cyber. Ini menjadi pembeda dengan  beberapa kampung lain di Jogja yang mengikrarkan diri sebagai, misalnya, kampung batik, kampung gudeg, kampung ramah anak, kampung kerajinan. 

Ciri khas lain yang belum banyak dimiliki oleh kampung, semua rumah di sini memiliki akses internet. Kecuali ada dua yang kebetulan dihuni warga yang sudah lansia. Jangan bandingkan dengan perumahan kelas atas yang dijaga satpam dan bisa berlangganan internet relatif mudah. Ini kampung, untuk keamanan lingkungan warganya harus giliran ronda dan kebanyakan dari kelas menengah ke bawah.  


Sejarah Kampung Cyber


Gagasan menjadikan kampung cyber itu bermula sekitar 10 tahun lalu. Tepatnya pada Agustus 2008, timbul gagasan bagaimana agar warga bisa memiliki akses internet secara murah, dan menjadikan internet sebagai sarana komunikasi warga. Sebagian warga RT 36 RW 09, kelurahan Patehan, kecamatan Kraton, Yogyakarta, lalu bergotong royong dengan cara iuran untuk berlangganan internet. 

Pada Juni tahun 2009, impian bisa mengakses internet pun terwujud secara swadaya. Dari yang awalnya hanya beberapa rumah, kini sekitar 25 rumah sudah bisa mengakses internet. Jaringan internet juga dipasang di pos kamling, tempat warga biasanya berkumpul. 

Salah satu motornya adalah Heri Sutanto, ketua RT 36 waktu itu. Kebetulan ia bekerja di laboratorium komputer di salah satu perguruan tinggi di Jogja. Sedikit banyak tahu tentang jaringan, perangkat keras maupun lunak yang diperlukan. RT 36 juga punya blog sebagai media saling berbagi informasi antar warga. Blog itu bisa diakses di www.rt36taman.multiply.com. Belakangan mereka juga punya website www.rt36kampoengcyber.com, dan akun facebook.  
Wisatawan melihat batik lukis warga.

Pegiat kampung cyber lainnya, Sasongko Wahyu Kusumo, adalah orang di belakang lahirnya blog yang menyatukan kepentingan warga itu. Dengan blog warga bisa memperkenalkan diri dan mempromosikan usahanya. Misalnya jasa sablon, batik, studio rekaman, jualan penganan. Juga menyebar luaskan informasi kegiatan kampung.

Dulu warga belum tahu banyak tentang internet. Bahkan menyalakan dan mematikan komputer dengan benar pun tidak tahu. Namun pelan-pelan lewat pelatihan yang diberikan, warga mengerti mengoperasikan komputer, berselancar, membuat email, atau berkomunikasi lewat internet. 

Keberhasilan membangun kampung cyber hingga dikenal luas tidak semudah membalik tangan. Akses internetpun waktu itu belum semurah dan semudah seperti sekarang. Masih mahalnya perangkat, dan minimnya kesadaran akan manfaat internet untuk warga menjadi hambatan utama waktu itu. Pengurus kampung pun pernah meminta bantuan ke pemerintah daerah terkait program internet bagi warga. Namun upaya itu belum membuahkan hasil. 

Pelan tapi pasti, berkat kegigihan pengurus kampung dan warga, juga karena semakin dikenal lewat media massa baik koran, radio, TV, maupun media online, uluran bantuan justru berdatangan. 

Warga kini juga semakin merasakan manfaat internet. Pesanan lukisan batik, misalnya, tidak hanya datang dari sekitar kampung. Tapi sudah melebar ke luar kota bahkan luar negeri. Akses internet yang mereka rintis 10 tahun lalu, terbukti berhasil meningkatkan taraf pendapatan warga kampung.***
Peta Kampung Cyber



No comments:

Post a Comment